Main ke Klinik Kopi

"Gallant, kamu suka ngopi nggak?"
Sebuah pesan masuk melalui telepon selulerku menjelang sore itu. Sebuah pertanyaan yang diikuti sebuah ajakan untuk minum kopi dari Endita, seorang teman yang sudah lama kami tak pernah bertemu. Aku tak terlalu suka minum kopi namun tak ada salahnya untuk mencoba ikut dengannya.
"Aku nggak terlalu suka minum kopi sih. aku sukanya kamu. Gimana?" balasku.
"Di Jogja ada tempat ngopi yang asyik nih. Namanya Klinik Kopi. Kamu pernah ke sana? Ayo kita ke sana." Ajak Endita.
"Ya udah, berang berang pake kancut, berangcut!" Aku mengiyakan ajakannya.

Sore itu tak terlalu panas. Waktu yang cocok sekali untuk minum kopi. Begitu setidaknya ujar Endita. Aku baru tahu tempat ini. Namanya Klinik Kopi. Unik. Memangnya ada apa dengan kopi kok sampai ada klinik segala? Kira-kira begitu pikirku saat itu. Ya, mungkin itu hanyalah sebuah nama yang akan digunakan sebagai trade mark atau bagian dari strategi penjualan.

Tempatnya cukup unik. Bertempat di sebuah bangunan dengan dominasi kayu, seperti rumah kayu di Batu namun lebih luas. 

Di Klinik Kopi ternyata tidak hanya tempat untuk minum kopi semata namun juga kita bisa menyesapi cara membuat dan meminum kopi hingga memahami esensi meminum kopi. Tak ada wifi bahkan jaringan sinyal telepon seluler hanya sebatas untuk mengirim SMS dan telepon.

"Minum kopi itu esensinya sambil ngobro. Bukan malah internetan." Begitu kata Mas Pepeng, selaku pemilik tempat Klinik Kopi bertutur. "Saya kecewa dengan kondisi sekarang yang ngopi sama temen tapi malah sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Nah di Klinik Kopi ini saya ingin mengembalikan esensi minum kopi bersama teman. Makanya jaringan susah kan?"

Mas Pepeng juga menawarkan sebuah pertunjukan pembuatan kopi yang baik dan benar. Menggunakan alat-alat yang aku tak tahu namanya. Brew atau apalah itu. Aku sempat terkejut kala Mas Pepeng mengatakan bahwa rasa kopi itu akan berbeda bergantung dari banyak hal bahkan lama bubuk kopi terendam air pun bisa mempengaruhi.

Klinik Kopi sekarang sudah menjadi lebih ramai dibanding kala aku pertama berkunjung. Pengaruh film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang hits itu sangat mempengaruhi lonjakan pengunjung Klinik Kopi. Tapi Mas Pepeng juga mulai mengeluhkan kalau orang datang ke Klinik Kopi hanya demi eksistensi, hanya demi aku sudah ke tempat syutingnya AADC 2 lho tanpa menikmati kopi seperti semula. Meminum kopi pahit dengan gorengan yang diiringi cengkrama ngalor ngidul bersama teman.

Jadi, "Jangan ada gula di antara kita" ya?

Postingan populer dari blog ini

Cara Posting Foto di Instagram lewat Web

Tutup Komentar di Blogspot